Klarifikasi Pemberitaan Metro Tentang Al-Qaidah di Univ. Al Iman

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Sebelumnya salam untuk redaksi hidayatullah.com. Perkenalkan kami mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Yaman.
Sehubungan dengan adanya pemberitaan yang tidak proporsional dari Metro TV dalam acara Jurnalist of Duty dengan tema “Surga Senjata Mujahidin” tentang mahasiswa Indonesia yang belajar di Yaman, salah satunya dengan menyudutkan Universitas Al Iman Yaman sebagai sarang Al-Qaidah, karena itu kami atas nama DPW PPI Sana'a Yaman ingin melakukan klarifikasi.
Sudah berkali-kali stasiun TV swasta nasional ini (Metro TV) menyiarkan liputan tentang mahasiswa dan pelajar Indonesia yang belajar Yaman, negara Timur Tengah yang terletak di Jazirah Arab, berbatasan langsung dengan Arab Saudi dan laut merah.
Tapi yang sangat di sayangkan dalam liputannya, banyak fakta – fakta yang tidak dimuat secara proporsional, solah - olah mereka menggambarkan bahwa Yaman adalah negara yang sangat berbahaya dan Yaman bisa menjadi ancaman serius bagi NKRI.
Lebih dari itu, bahkan lembaga pendidikan-pun tak luput menjadi sorotan mereka, dan salah satunya Universitas Al- Iman.
Di antara pemberitaannya yang dimuat di acara Jurnalist of Duty tentang Universitas Al-Iman disebutkan sebagai kampus oposisi yang beraliran Al-Qaidah dan dipimpin oleh seorang yang dituduh terlibat jaringan Al-Qaidah, di tambah lagi bahwa pemerintah tidak memberikan izin tinggal kepada mahasiswa yang belajar di sana.
Lebih parah lagi mereka mengatakan bahwa banyak sisa-sisa reruntuhan bekas serangan tentara Amerika ke Universitas tersebut. Padahal reruntuhan itu justru sisa-sisa gempuran tentara mantan presiden Ali Abdullah Saleh untuk meredam aksi protes besar-besaran yang ingin menggulingkan dirinya beberapa waktu lalu.
Dan kenyataan yang ada di lapangan lebih jauh berbeda dari apa yang mereka beritakan, bisa di bilang bahwa pada dasarnya Univ. Al-Iman adalah korban kepentingan politik kotor semata.
Syeikh Abdul Majeed Azzendany seorang ulama besar Yaman yang terkenal sebagai pioner i’jaz i’lmi di dunia Islam dan juga mejabat sebagai Ketua Badan Persatuan Ulama Yaman, dan beliau juga termasuk anggota Majlis Syuro salah satu partai oposisi terbesar di Yaman, barangkali beliau selalu krtis terhadap kebijakan – kebijakan yang diambil pemerintah.
Otomatis perang dinginpun terjadi di kedua belah pihak. Perlu kita juga ketahui, bahwa Amerika negara yang sangat memusuhi Islam memanfaatkan situasi ini dengan menuduh beliau terlibat jaringan Al Qaidah, yang hanya “berdalilkan” tulisan yang di muat di koran resmi Yaman yang nota bene koran pemerintah, Syeikh Abdul Majeed Azzendany sendiri pernah membantah dan mengadukan masalah ini kepada presiden waktu itu Ali Abdullah Saleh dan menuntut presiden membersihkan nama baiknya. Malah presiden Saleh waktu itu berjanji untuk membersihkan namanya, sebagaimana di kutip surat kabar Al Bayan Edisi 18 september 2005.
Dan pastinya dengan adanya tuduhan seperti ini pemerintah setempat semakin leluasa untuk lebih bisa menekan pergerakan tokoh kritikus ini, di antaranya dengan menyudutkan Universitas Al Iman yang di pimpinnya.
Kasus peledakan Saepudin Zuhri (SJ) pun tak luput dari perhatian mereka, SJ yang pernah mampir beberapa waktu di Al Iman juga di kait-kaitkan dengan Al Iman.
Padahal dia hanya belajar satu tahun di Al Iman dan dia tidak belajar sampai selesai di Al Iman malah pindah ke kampus Yemenia yang ada kota Sana’a di Yaman dan menyelesaikan studinya S1-nya di sana. Oleh karena itu kita tidak bisa langsung memvonis bahwa Al Iman adalah lembaga beraliran Al-Qaidah, karena bisa jadi dia keluar sebelum waktunya dan tidak sefaham dan sejalan dengan kurikulum dan pelajaran yang ada di Al-Iman.
Baru-baru ini kita tahu bahwa pelaku peledakan bom di indonesia eksekutornya adalah pelajar yang belajar di sekolah umum tetapi lembaga mereka tidak pernah disalahkan dan diekspos, bahkan yang mengherankan kampus Yemenia tempat SJ menyelesaikan S1-nya tidak pernah diungkit-ungkit sebagaimana yang mereka lakukan terhadap Univ. Al Iman.
Dan kita tahu, bahwa banyak oknum polisi, tentara dan pegawai negeri melanggar dan menyimpang, yang disalahkan bukan lembaganya tapi individunya. Apalagi Al Iman sebagai lembaga pendidikan Islam tidak pernah mengajarkan pemahaman seperti itu.
Lucunya Metro TV, bagaimana bisa Univ. Al Iman di tuduh sebagai markas Al-Qaida?
Padahal kampus Univ. Ali Iman adalah salah satu kampus swasta yang terakreditasi di Kementerian Pendidikan Tinggi Yaman dengan Akreditasi No 28 tahun 1993, tertanggal 14 Syakban 1414 H yang bertepatan dengan tanggal 17 Desember 1993 M. berlokasi di jantung ibu kota Sana’a yang bersebelahan dengan markas militer Yaman. Selain itu memiliki lebih dari enam ribu mahasiswa dan memilki kampus cabang hampir di setiap provinsi di Yaman,
Jika ada tuduhan bahwa Univ. Al Iman adalah sarang Al-Qaidah, seharusnya lebih dari enam ribu mahasiswa Yaman sudah tidak dilegalkan.
Kami khawatir dengan pemberitaan yang seperti ini bisa berdampak negatif kepada hubungan kedua Negara (Indonesia-Yaman).
Entah apa yang di inginkan Metro TV dari pemberitaan yang bias seperti ini?
Mereka melakukan liputan di kampus tersebut tanpa izin dan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak akademinya. Apakah mereka hanya bertujuan menaikkan rating dan mengejarkan keuntungan semata?
Atau mereka mempunyai hiden agenda lain? Atau sengaja ingin membenturkan sesama kelompok Ahli Sunnah seperti dengan menyebutkan bahwa mahasiswa Al Iman tidak disukai oleh kalangan Sunni Sufy? Atau pengalihan isu Syiah yang sedang populer sekarang ini?
Oleh karena itu kami menuntut pihak Metro TV agar meminta maaf dan memulihkan.
Sana’a 14 maret 2012
Dewan Pengurus Wilayah Sana’a Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman
(DPW PPI San’a)

Sumber : http://www.hidayatullah.com

06.46 | Posted in | Read More »

Keadilan Islam



Sejak menjabat gubernur, Amr bin Ash tidak lagi pergi ke medan tempur. Dia lebih sering tinggal di istana. Di depan istananya yang mewah itu ada sebidang tanah yang luas dan sebuah gubuk reyot milik seorang Yahudi tua.
"Alangkah indahnya bila di atas tanah itu berdiri sebuah mesjid," gumam sang gubernur.

Singkat kata, Yahudi tua itu pun dipanggil menghadap sang gubernur untuk bernegosiasi. Amr bin Ash sangat kesal karena si kakek itu menolak untuk menjual tanah dan gubuknya meskipun telah ditawar lima belas kali lipat dari harga pasaran.

"Baiklah bila itu keputusanmu. Saya harap Anda tidak menyesal!" ancam sang gubernur.

Sepeninggal Yahudi tua itu, Amr bin Ash memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan surat pembongkaran.Sementara si kakek tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Dalam keputusannya terbetiklah niat untuk mengadukan kesewenang- wenangan gubernur Mesir itu pada Khalifah Umar bin Khattab.

"Ada perlu apa kakek, jauh-jauh dari Mesir datang ke sini?" tanya Umar bin Khattab. Setelah mengatur detak jantungnya karena berhadapan dengan seorang khalifah yang tinggi besar dan full wibawa, si kakek itu mengadukan kasusnya. Padahal penampilan khalifah Umar amat sederhana untuk ukuran pemimpin yang memiliki kekuasaan begitu luas. Dia ceritakan pula bagaimana perjuangannya untuk memiliki rumah itu.

Merah padam wajah Umar begitu mendengar penuturan orang tua itu.
"Masya Allah, :kecam Umar.
"Sungguh Tuan, saya tidak mengada-ada," si kakek itu semakin gemetar dan kebingungan. Dan ia semakin bingung ketika Umar memintanya mengambil sepotong tulang, lalu menggores tulang itu dengan pedangnya.

"Berikan tulang ini pada gubernurku, saudara Amr bin Ash di Mesir," kata sang Khalifah, Al Faruq, Umar bin Khattab.

Si Yahudi itu semakin kebingungan, "Tuan, apakah Tuan tidak sedang mempermainkan saya!" ujar Yahudi itu pelan.


Dia cemas dan mulai berpikir yang tidak-tidak.Jangan-jangan khalifah dan gubernur setali tiga uang, pikirnya. Di manapun, mereka yang mayoritas dan memegang kendali pasti akan menindas kelompok minoritas, begitu pikir si kakek. Bisa jadi dirinya malah akan ditangkap dan dituduh subversif.

Yahudi itu semakin tidak mengerti ketika bertemu kembali dengan Gubernur Amr bin Ash. "Bongkar masjid itu!" teriak Amr bin Ash gemetar. Wajahnya pucat dilanda ketakutan yang amat sangat. Yahudi itu berlari keluar menuju gubuk reyotnya untuk membuktikan sesungguhan perintah gubernur. Benar saja, sejumlah orang sudah bersiap-siap menghancurkan masjid megah yang sudah hampir jadi itu.

"Tunggu!" teriak sang kakek. "Maaf, Tuan Gubernur, tolong jelaskan perkara pelik ini. Berasal dari apakah tulang itu? Apa keistimewaan tulang itu sampai-sampai Tuan berani memutuskan untuk membongkar begitu saja bangunan yang amat mahal ini. Sungguh saya tidak mengerti!" Amr bin Ash memegang pundak si kakek, "Wahai kakek, tulang itu hanyalah tulang biasa, baunya pun busuk."
"Tapi....." sela si kakek.

"Karena berisi perintah khalifah, tulang itu menjadi sangat berarti.
Ketahuilah, tulang nan busuk itu adalah peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang, ia akan menjadi tulang yang busuk.
Sedangkah huruf alif yang digores, itu artinya kita harus adil baik ke atas maupun ke bawah. Lurus seperti huruf alif. Dan bila saya tidak mampu menegakkan keadilan, khalifah tidak segan-segan memenggal kepala saya!" jelas sang gubernur.

"Sungguh agung ajaran agama Tuan. Sungguh, saya rela menyerahkan tanah dan gubuk itu. Dan bimbinglah saya dalam memahami ajaran Islam!" tutur si kakek itu dengan mata berkaca-kaca.

Sumber : http://www.oaseqalbu.net

06.30 | Posted in | Read More »

Bunga Rampai Nasehat


Bunga Rampai Nasehat
oleh : Aa Gym
Mudah-mudahan Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apa pun yang terjadi. Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun yang tanpa makna. Teramat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani.

Hidup ini adalah samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apa pun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita. Sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat yang paling indah.
 

Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT.

Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal ketika menonton di bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi misalnya film yang ditontonnya berjudul (maaf) “Gairah Membara”, film maksiat, na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut adalah hal yang sangat penting.

Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta. Yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan kita semua Rasulullah saw.

Sahabat, percayalah sehebat apa pun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut duniawi lainnya tak akan pernah berharga jika kita tidak memiliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.

Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah SWT, juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan. Ada pun warisan terpenting kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan yang tanpa cela dan kehinaan.

Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya Rasulullah saw memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan al-Amin (seorang yang sangat terpercaya).


Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi seorang muslim yang terpercaya. Sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi siapa pun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan atau lawan. Tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, mau pun amanah yang kita pikul.

Oleh karena itu, Pertama: jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apa pun. Sekecil dan sesederhana apa pun. Bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam senda gurau sekali pun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).

Kedua: jaga lisan. Jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.

Ketiga: jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan kebodohannya. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya. Jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.

Keempat: jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia. Karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.

Kelima: jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati janji.          
----sumber:cyberMQ.com

06.13 | Posted in | Read More »

Buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara


Buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara karya Artawijaya
Adalah buku yang membongkar sejarah keberadaan organisasi-organisasi bentukan Yahudi Internasional yang beroperasi di Nusantara sejak masuknya penjajahan VOC Belanda di negeri ini. Organisasi-organisasi tersebut adalah: Freemason dan Rotary Club. Pada masa lalu, banyak tokoh-tokoh nasional yang terlibat sebagai anggota jaringan ini. Mereka utamanya adalah orang-orang nasionalis sekular yang kemudian menjadi elit nasional bangsa ini.

Buku Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara mendapat penghargaan sebagai nominasi terbaik buku kategori non fiksi dewasa pada Islamic Book Fair tahun 2011. Buku ini juga telah dibedah di berbagai kampus, masjid, dan lembaga-lembaga Islam, bahkan instansi pemerintah di berbagai daerah: Jakarta, Surabaya, Semarang, Balikpapan Kalimantan Timur, Palembang dan Baturaja Sumatera Selatan, dan lain-lain. Buku ini juga telah dibedah di Radio Dakta FM Bekasi dan TV One.

Buku ini adalah upaya mengungkap fakta sejarah tentang keberadaan jaringan Yahudi di Nusantara. Keberadaan mereka inilah yang pada masa lalu juga membawa paham-paham sesat, seperti sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Paham yang pada masa kini telah difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Harga Buku : 48.000 setelah diskon : 43.500

06.07 | Posted in | Read More »

Ensiklopedia Juz 'Amma Untuk Anak

Ensiklopedia Juz Amma Untuk Anak
  • Penerbit : Al Kautsar kids
  • Isi : 180 halaman ( hard cover, full color )
  • Ukuran : 25.5 x 20.5 cm
Harga : Rp 63.000,- ( setelah diskon menjadi Rp 55.000,- )

Al Qur’an adalah mukjizat terbesar yang pernah ada dibumi. Kebenaran isinya telah dibuktikan oleh banyak ilmuwan dunia. Ia adalah petunjuk, hukum, cara hidup, contoh, pelajaran, panduan terlengkap bagi manusia, yang selalu relevan hingga akhir zaman. Al Qur’an adalah sebuah bentuk komunikasi Allah, sang pencipta, kepada seluruh manusia. Al Qur’an akan menjawab segala permasalahan hidup manusia yang mau berpikir dan belajar.
Ayah, bunda, ajarkan putra putri Anda untuk memahami konsep kebenaran dan kebaikan Islam melalui Al Qur’an. Lekatkan nilai-nilai Al Qur’an dengan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Ajak mereka memahami nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak. Dengan Al Qur’an, mereka akan mengenal siapa pencipta mereka dan siapa yang menguasai segala kehidupan dan kematian.
Mari dekatkan Al Qur’an kepada putra dan putri Anda. Inilah bekal terbaik bagi mereka saat ini dan ketika dewasa nanti.

Daftar isi
Tips menghafal Al Qur’an
Untuk orangtua
·         An naas, surat ke-114
·        Al falaq, surat ke-113
·        Al ikhlash, surat ke-112
·        Al lahab, surat ke-111
·        An nashr, surat ke-110
·        Al kaafirun, surat ke-109
·        Al kautsar, surat ke-108
·        Al maa’uun, surat ke-107
·        Quraisy, surat ke-106
·        Al fiil, surat ke-105
·        Al humazah, surat ke-104
·        Al ‘ashr, surat ke-103
·        At takaatsur, surat ke-102
·        Al qaari’ah, surat ke-101
·        Al ‘aadiyaat, surat ke-100
·        Az zalzalah, surat ke-99
·        Al bayyinah, surat ke-98
·        Al qadr, surat ke-97
·        Al alaq, surat ke-96
·        At tin, surat ke-95
·        Asy-syarh, surat ke-94
·        Adh dhuha, surat ke-93
·        Al lail, surat ke-92
·        Asy syams, surat ke-91
·        Al balad, surat ke-90
·        Al fajr, surat ke-89
·        Al ghaasyiyah, surat ke-88
·        Al a’laa, surat ke-87
·        Ath thariq, surat ke-86
·        Al buruuj, surat ke-85
·        Al insyiqaaq, surat ke-84
·        Al muthaffifiin, surat ke-83
·        Al infithaar, surat ke-82
·        At takwir, surat ke-81
·        ‘Abasa, surat ke-80
·        An naazi’at, surat ke-79
·        An nabaa’, surat ke-78
Doa sehari-hari
Tata cara wudhu dan shalat
Rukun Islam

20.32 | Posted in | Read More »

KH. Cholil Ridwan: Liberalisme, Musuh Bersama Umat Islam






JAKARTA (VoA-Islam) - Nongkrong di komunitas liberal ibarat duduk di atas bara. Setiap kali menyimak obrolan anak-anak muda di komunitas itu, bisa membuat gendang telinga ini mendidih.

Pembicaraan mereka adalah seputar penolakan terhadap syari’at, menggunjing gerakan Islam anti-liberal, hingga meledek penegak amar ma’ruf nahi mungkar. Hanya tawa dan olok-olok yang terdengar. Pernah terlihat, seorang lelaki memakai kaos oblong bertuliskan Jakar (Jaringan Kafir Liberal) di bagian depan. Seperti itulah suasana di beberapa komunitas liberal.

Banyak agenda yang mereka gelar dalam setiap event. Seolah-olah tak ada ruang kosong dan waktu yang luang untuk tidak mengasongkan dagangan mereka: sekularisme, pluralisme, liberalisme, relativisme, multikulturalisme dan sebagainya. Berbagai kegiatan diskusi, seminar, bedah buku, pemutaran film, hingga pergelaran seni-budaya menjadi bagian dari aktivitas mereka.

Yang membuat anak-anak muda betah dengan komunitasnya adalah suasana tempat yang nyaman untuk nongkorong. Jika sebelumnya, mereka bergabung di Komunitas Utan Kayu (berada di Jl. Utan Kayu, Jakarta Timur), kini kaum muda berpaham liberal itu mulai bergeser ke bilangan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Mereka menyebutnya  Komunitas Salihara (berada di Jl. Salihara).

Gedung itu dirancang dengan konstruksi bangunan yang unik, asri dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti toko buku, perpustakaan, cafe, ruang theater, ruang diskusi hingga hotspot. Sambil ngopi atau ngeteh, anak-anak muda itu merasa at home, seperti di rumah sendiri. Mereka bisa mengisi waktunya dengan membaca, on line, atau sekadar ngobrol dengan teman-teman se-visi. Mereka seperti menemukan keluarga baru.

Bandingkan dengan markas ormas Islam yang tidak memiliki sarana itu. Masjid bukanlah satu-satunya sarana orang muda berkumpul. Pada umumnya, orang muda lebih suka mencari tempat alternatif, setidaknya sarana yang memiliki unsur seni-budayanya. Maka, kenapa tidak, jika dimunculkan gagasan untuk membuat sarana yang nyaman dan tetap bernuasakan religius. Keberadaan Islamic Center atau masjid-masjid besar, belum sepenuhnya menarik minat orang muda untuk dijadikan tempat nongkrong. Suasana yang menyenangkan, tak kalah penting ketimbang sekadar menjejali dengan doktrin-doktrin keagamaan.

Entah disadari atau tidak, ada beberapa kiai ”lugu” dari ormas Islam tertentu, yang rela diundang komunitas liberal untuk menyampaikan pandangannya. Kehadiran kiai itu bukan sebagai penyeimbang atau penyanggah, tapi digiring, seolah-olah mendukung paham sepilis dengan berkedok tasamuh. Begitulah akibat kiai tidak  punya pengetahuan tentang liberalisme.

Kategori Liberal

Menurut Peneliti INSIST Adian Husaini, kalangan liberal terbagi dalam empat kategori, yaitu: Liberal Profesional, Liberal Amatir, Liberal Freelance, dan Liberal Volunteer. Yang termasuk liberal profesional adalah mereka yang hidup-matinya diperuntukkan bagi si penyandang dana. Makhluk jenis ini selalu menyebarkan paham liberal dalam tulisan-tulisan dan ceramahnya, berusaha meliberalkan orang lain, merasa paling benar dengan keliberalannya, dan menganggap orang yang tidak liberal itu salah. Mereka tak sungkan-sungkan menyerang siapapun yang mengganjal liberalisme.

Sedangkan liberal amatir adalah mereka yang ilmu keliberalannya masih dangkal. Sikap dan pemikiran liberalnya cuma membebek alias ikut-ikutan saja. Meski tidak mampu menuangkan gagasan liberal lewat tulisan, tapi berani tampil sebagai pembela liberalisme. Makhluk inilah yang menjadi penggembira, saat diadakan diskusi atau seminar, sekalipun dengan riuh tepukan tangan dan tertawa ledekan (olok-olok) sebagai support.

Adapun liberal freelance adalah orang yang mendapat imbalan ”honorer” dari gagasan dan wacana sepilis yang ia tulis di media massa. Lalu Liberal volunteer adalah orang yang sudah mapan secara materi dan status sosialnya. Ia menjadi liberal karena basic pendidikan dan pergaulannya. Tanpa harus dipengaruhi, orang ini sudah liberal dengan sendirinya.

Yang menarik, Litbang Depag pernah melaporkan hasil penelitiannya tentang paham liberal keagamaan di lingkungan UIN Jakarta. Salah satu organisasi mahasiswa UIN yang diteliti adalah Formaci (Forum Mahasiswa Ciputat) yang berpaham liberal. Forum mahasiswa inilah yang menolak kewajiban jilbab di lingkungan UIN, mendukung sekularisasi, menolak penerapan syariat Islam di berbagai daerah. Dengan berpegang pada paham kebebasan berpikir dan atas nama HAM, anggota Formaci sering menjadi saksi pernikahan beda agama.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Amin Djamaluddin pernah mengatakan, ada kekuatan terselubung untuk menggarap sejumlah kelompok muda Islam. Tujuannya adalah mencabut pemahaman generasi muda Islam dari akarnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sasaran utama ‘proyek’ ini adalah anak-anak muda NU dan Muhammadiyah. “Mereka bangga karena telah berhasil menggarap kalangan muda NU dan Muhammadiyah. Bukan tidak mungkin, mereka berupaya menggarap kalangan muda Persatuan Islam (Persis),” ujarnya.

Agar virus liberalisme tak semakin mengganas di tubuh ormas Islam, langkah paling efektif adalah mencegah. Kalau pun sudah terjangkit, harus mendapat vaksin untuk mensterilkan sekaligus merontokkan virus yang bersarang. Untuk membendung liberalisme, ormas Islam seharusnya jangan pasif. Ormas Islam harus menyiapkan kader terbaiknya untuk mengikis paham sesat menyesatkan.

Jika kaum liberal giat mengusung liberalisme lewat media massa yang mendukungnya, sebut saja Koran dan Majalah Tempo, sedangkan tokoh Islam malas menulis, dan tidak menjadikan media Islam yang ada sebagai alat perjuangan untuk mengcounter propaganda mereka. Ingat, umat Islam punya musuh bersama (common enemy) yang harus dibendung secara bersama pula.

Ketua MUI KH Kholil Ridwan mengimbau, "Para aktivis yang ada di ormas Islam hendaknya waspada dan kompak, bertekad bulat untuk membendung liberalisme". Desastian

Sumber : www.voa-islam.com

18.03 | Posted in , | Read More »

Indonesia Damai Tanpa JIL: Sebelas Tahun JIL Menebar Sesat


Sejak didirikan 11 tahun yang lalu (8 Maret 2001), Utan Kayu 68H memang menjadi markas JIL dan beberapa kelompok budaya, seni dan agama. Selain menjadi markas, Utan Kayu 68H juga menjadi center kegiatan kaum liberal selama 11 tahun.

Dari situlah para aktivis liberal menyebarluaskan pikiran-pikiran sesat dan nyelenehnya ke kalangan umat Islam Indonesia. Talkshow di Radio 68H itu kerap mengangkat tema-tema yang isinya banyak menggugat syariat Islam. Termasuk milis dan website JIL yang banyak menggugat otentitas al-Qur’an yang menjadi kitab suci umat Islam di seluruh dunia.

Sebagian aktivis JIL melanjutkan studi ke luar negeri, sebut saja Ulil Abshar Abdalla melanjutkan studi ke Universitas Harvard-Amerika Serikat dan Boston University (gelar master), Nong Darol Mahmada ke Australia dan Luthfi Assyaukani ke Singapura. Berbagai diskusi dan seminar digelar JIL secara terbuka kepada masyarakat dan kalangan mahasiswa. Adalah Guntur Romli, aktivis JIL yang terlihat aktif sebagi moderator.

Dalam perjalanannya, aktivis JIL seperti Ulil telah menghasilkan karya sesatnya, diantaranya buku berjudul: “Menyegarkan Kembali Pemikiran Islam, Bunga Rampai Surat-surat Tersiar”. Buku ini merupakan kumpulan surat Ulil dengan para anggota milis Islam Liberal sejak ia belajar di Boston satu setengah tahun lamanya.

Hal serupa juga dilakukan Luthfi As Syaukani yang giat menuliskan pemikiran liberalnya ke sejumlah media massa Indonesia. Harian Kompas sempat memuat artikel As Syaukani yang berjudul “Dua Abad Islam Liberal” (2007). Dalam tulisan tersebut, Luthfi menyebul JIL, lembaga yang dibentuk pada 2001 itu sebagai sebuah gerakan pencerahan bagi umat Islam di Indonesia. Ia menganjurkan agar umat Islam bergembira menyambut ulang tahun JIL ketika itu.

Sekilas JIL

Menurut salah satu pentolan JIL Novriantoni, keberadaan JIL adalah untuk menindaklanjti proyek pembaruan Islam yang sudah ada. Ia tidak menampik, keberadaan sosok Nurcholish Madjid alias Cak Nur ini turut menginspirasi lahirnya JIL. “Kalau dulu di masa Cak Nur, perspektifnya tentang Islam itu inklusif, kini agak melangkah lebih maju ke depan, lebih kritis,” Novi, begitu ia disapa.

Selain Cak Nur beberapa tokoh yang turut menginspirasi JIL adalah mendiang Gus Dur, Munawir Sadzali dan Harun Nasution. Menurut Novi, proyek pemikiran Islam itu semacam mata rantai yang berkesinambungan, tidak terputus.

Gagasan tentang JIL pertama kali dibicarakan di Utan Kayu, tahun 2001 silam. Pada waktu itu, Ulil Abshar Abdalla, Luthfi Assyaukani, Goenawan Mohamad dan lainnya berkumpul untuk membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL). Selain markas JIL, Utan Kayu lebih dulu dikenal sebagai tempat kongkow-kongkow, teater, penerbitan jurnal kalam, dan kantor Radio 68H.

JIL menempatkan tempatnya di Jl. Utan Kayu, meski tidak memiliki hubungan secara structural dengan teater maupun radio, namun tetap memiliki visi-misi yang sama: menyebarkan faham sepilis (sekularisme, pluralism dan liberalism).

Sebelumnya, Asia Foundation merupakan penyokong dana terbesar JIL. Namun, kabarnya, lembaga itu tidak lagi memberikan sokongan dana. Meski aliran dana itu terhenti, aktivis JIL masih banyak mendapatkan dana dari donator-donatur lain, selain dari swadaya sendiri.

Novriantoni yang lulusan Gontor ini, menegaskan kembali, tentang perlunya sekularisme, pemisahan atara wewenang agama dan negara. Negara-negara yang masih teokratis itu adalah negara-negara yang membawa bencana lebih besar daripada negara-negara sekular. “Khilafah adalah utopia yang harus ditinggalkan oleh umat Islam,” kata Novi ngawur. Sementara itu Koordinator JIL Ulil Abshar Abdalla mengatakan, sekularisme tidak menghalangi dan memusuhi peran agama dalam ruang publik. Desastian

Sumber : www.voa-islam.com

17.59 | Posted in , | Read More »

Tokoh Nahdliyin Kyai Abdullah Faqih Langitan Wafat

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, pengasuh Pesantren Langitan, Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, KH Abdullah Faqih (82) telah pergi meninggalkan ribuan santri dan pengagumnya pada Rabu (29/2) pukul 19.00 WIB. “Abah (ayah) meninggal dunia karena memang sudah `sepuh` (sangat tua), namun ayah memang sempat masuk Graha Amerta RSUD dr Soetomo Surabaya pada 2 Oktober 2011 hingga sekitar seminggu,” ucap KH Ubaidillah Faqih, putra almarhum KH Abdullah Faqih.

Salah seorang dari 10 putra almarhum itu menceritakan, ayahandanya menjalani perawatan di Graha Amerta setelah mengalami stroke ringan akibat jatuh, namun setelah membaik akhirnya menjalani perawatan di rumah hingga meninggal dunia pada 29 Februari 2012. Para wartawan yang ikut menjadi saksi saat-saat melambungnya nama “guru spiritual” almarhum Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada awal era reformasi (1998) itu akan tahu betapa almarhum tidak menyukai publikasi.

“Kami menerima pesan dari kiai, kiai tidak bersedia menerima wartawan,” ujar santri almarhum bila ada wartawan yang datang untuk mewawancarainya.

Ya, nama Kiai Abdullah Faqih mencuat menjelang Sidang Umum MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan Gus Dur sebagai presiden, sehingga para wartawan pun memburunya. Saat itu, suara kalangan “nahdliyin” (warga NU) terbelah, ada yang mendukung pencalonan Gus Dur dan ada yang sebaliknya.

Dalam situasi seperti itu, sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, sehingga muncul istilah “Poros Langitan” yang fatwanya sangat berpengaruh pada pencalonan Gus Dur. Pesan Kiai Abdullah Faqih untuk Gus Dur itu dibawa KH Hasyim Muzadi (mantan Ketua Umum PBNU). Pesannya, “Kalau memang Gus Dur maju, ulama akan mendoakan”. Restu Kiai Faqih itu membuat Gus Dur meneteskan air mata dan memeluk KHA Hasyim Muzadi.

“Sampaikan salam hormat saya kepada Kiai (Faqih). Katakan, Abdurrahman sampai kapan pun tetap seorang santri yang patuh kepada ucapan kiai,” tutur Gus Dur kepada Hasyim Muzadi.

Namun, para wartawan tidak pernah menerima cerita itu langsung dari Kiai Faqih, karena kiai yang mengasuh lebih dari 3.000 santri itu memang tidak suka publikasi. Di mata para santri, “sang guru” memang sederhana, istiqomah, dan alim. Kesederhanaan itu terlihat dari tempat tinggalnya yang terbuat dari kayu berwarna janur kuning dengan ukuran sekitar 7 x 3 meter dan di dalamnya ada seperangkat meja kursi kuno dan dua lemari berisi kitab-kitab, meski anak-anak almarhum tinggal di rumah berlantai dua.

Kiai Faqih lahir di Dusun Mandungan, Desa Widang, Tuban. Saat kecil, ia lebih banyak belajar kepada ayahandanya sendiri, KH Rofi`i Zahid. Ketika beranjak remaja, Kiai Faqih “nyantri” pada Mbah Abdur Rochim di Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kiai Faqih juga pernah tinggal di Mekkah, Arab Saudi, untuk belajar kepada Sayid Alwi bin Abbas Al-Maliki, ayahnya Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki.

Setelah itu, Kiai Faqih kembali ke Pesantren Langitan yang didirikan pada l852 oleh KH Muhammad Nur, asal Desa Tuyuban, Rembang. Pesantren Langitan yang terletak di tepi Bengawan Solo yang melintasi Desa Widang (dekat Babat Lamongan) itu dikenal sebagai pesantren ilmu alat.

Para generasi pertama NU pernah belajar di Langitan, di antaranya KH Muhammad Cholil (Bangkalan), KH Hasyim Asy`ari, KH Wahab Hasbullah, KH Syamsul Arifin (ayahnya KH As`ad Syamsul Arifin), dan KH Shiddiq (ayahnya KH Ahmad Shiddiq).

Kiai Faqih (generasi kelima) memimpin Pesantren Langitan sejak l971, menggantikan KH Abdul Hadi Zahid yang meninggal dunia karena usia lanjut. Kiai Faqih didampingi KH Ahmad Marzuki Zahid, yang juga pamannya.

Meski tetap mempertahankan nilai-nilai salaf, Pesantren Langitan di era Kiai Faqih lebih terbuka. Ia mendirikan Pusat Pelatihan Bahasa Arab, kursus komputer, mendirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dan Taman Pendidikan Al Quran (TPA). Ada juga badan usaha milik pondok berupa toko induk, kantin, dan wartel.

Kiai bersahaja itu juga mengarahkan pesantrennya agar lebih dekat dengan masyarakat, di antaranya ia mengirim dai ke daerah-daerah sulit di Jawa Timur dan luar Jawa. Selain itu, Kiai Faqih juga menginstruksikan para santrinya Shalat Jumat di kampung-kampung, lalu membuka pengajian umum di pesantren di dekatnya.

Sosok teladan

Di balik kesederhanaan dan sikap anti-publikasi, Kiai Abdullah Faqih juga merupakan sosok teladan yang mementingkan masyarakat luas. Untuk kepentingan masyarakat itulah, Kiai Faqih pernah meminta Gus Dur mencium tangan pamannya KH Yusuf Hasyim yang saat itu berseberangan dengannya. Gus Dur pun patuh kepada “sang guru”.

Tidak jauh dari itu, Kiai Faqih jugalah yang mengajak Gus Dur dan KHA Hasyim Muzadi untuk bersalaman ketika keduanya “bermasalah”. Sikap Kiai Faqih yang sederhana, anti-publikasi, dan juga suka damai itu diakui Ketua Umum DPP PKNU H Choirul Anam yang akrab disapa Cak Anam.

“Saya sendiri sempat menjenguk beliau pada hari Ahad (26/2) lalu,” kata salah seorang tokoh Ansor NU Jatim yang dikenal sebagai “orang dekat” Kiai Abdullah Faqih itu.

Pada pertemuan terakhir itu (26/2), katanya, dirinya sempat bertemu selama lima menit, namun dirinya sempat tertegun karena Kiai Abdullah Faqih sempat menangis.

“Almarhum mengatakan kamu ke sini (meminta untuk mendekat). Beliau meminta saya untuk berjuang terus. Saya izinkan kamu, saya ridhoi, kamu berjuang terus, jangan khilaf, ajak bersatu semua kawan,” katanya, mengutip pesan almarhum.

Ditanya tentang sosok Kiai Abdullah Faqih, Cak Anam yang juga mantan wartawan itu menilai Kiai Abdullah Faqih merupakan sosok yang jarang berbicara tentang kedudukan (jabatan) dan “dunia” (uang).

“Beliau selalu mementingkan kejujuran dan moralitas. Kalau mendapat sumbangan dari orang, beliau selalu memilah, menyisihkan, dan akhirnya dikembalikan kepada kepentingan masyarakat,” katanya.

Bahkan, kata penulis buku “babon” tentang NU itu, Kiai Abdullah Faqih sering menyumbang kegiatan PKNU dengan uang pribadi. “Ketika PKNU akan bermuktamar, beliau bertanya apa sudah siap? Beliau pun menyerahkan sumbangan,” katanya.

Oleh karena itu, kepergian Kiai Abdullah bukan hanya PKNU yang kehilangan. “Bukan hanya PKNU atau NU yang kehilangan beliau, tapi bangsa ini kehilangan sosok teladan yang lebih memikirkan orang lain daripada dirinya,” katanya.

Rasa kehilangan juga dilontarkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj. Ia menyatakan wafatnya KH Abdullah Faqih merupakan kehilangan besar bagi bangsa Indonesia. “Wafatnya beliau merupakan kehilangan besar bagi kita, bukan hanya NU, tapi juga bangsa Indonesia,” katanya.

Hal senada juga diungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa. Ia mengatakan, Indonesia kehilangan salah satu tokoh penyangga kekuatan spiritual dengan wafatnya KH Abdullah Faqih.

“Kiai Faqih merupakan salah satu penyangga kekuatan spiritual bangsa Indonesia. Saat negara mengalami berbagai krisis, beliau menggerakkan istighatsah dan berbagai wirid atau amalan keagamaan untuk memohon pertolongan Allah,” katanya.

Di lingkungan NU, kata Khofifah, Kiai Abdullah Faqih merupakan sosok kiai sepuh yang menjadi panutan, sedangkan di pentas nasional Kiai Faqih mulai dikenal dan didengar serta diperhatikan berbagai pemikiran kebangsaannya saat awal reformasi.

“Gus Dur sendiri sering menjadikan fatwa Kiai Faqih sebagai referensi gerakan reformasi, misalnya saat mendirikan PKB dan saat mengambil keputusan pencalonan sebagai presiden,” katanya.

antaranews | fimadani

17.49 | Posted in , , , | Read More »

Syaikh Hussain Afifi Muadzin Masjid Nabawi Berpulang ke Rahmatullah


Muadzin masjid Nabawi di Madinah, Syaikh Hussain Hamzah Afifi telah berpulang ke rahmatullah pada hari Minggu lalu (26/2), setelah menderita sakit.

Surat kabar "Sabaq" melaporkan Syaikh Hussain Afifi dikenal karena suaranya yang merdu jika melantunkan adzan sehingga banyak disukai oleh semua orang, beliau juga dikenal karena keshalehan pribadinya.

Syaikh Hussain Hamzah Afifi lahir di Madinah pada tahun 1378 H, ia ditunjuk menjadi seorang muadzin di masjid Nabawi Madinah pada tahun 1400 H, sampai penyakit menjangkiti dirinya selama beberapa bulan, sebelum akhirnya ajal menjemputnya.

Pemakaman Syaikh Hussain Afifi dilakukan setelah shalat Ashar Ahad lalu di Masjid Nabawi, dan dimakamkan di Baqi.

Syaikh Issam Bukhari yang merupakan salah seorang kenalan dan koleganya bersaksi bahwa Syaikh Hussain Afifi adalah salah satu orang terbaik secara moral dan wacana, beliau berperilaku lemah lembut dan suara adzannya sangat merdu.(fq/imo)

18.47 | Posted in , , , | Read More »

Tokoh KISDI, Ahmad Sumargono Meninggal Dunia

Dr Ahmad Sumargono, salah seorang tokoh yang namanya identik dengan Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI meninggal dunia pada Jumat, pukul 01.30 dini hari akibat serangan jantung . Pria yang kiprahnya dikenal di era tahun 90-an ini meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit di Sukabumi.

“Bapak meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit akibat serangan jantung, “ ujar salah satu putra Ahmad Sumargono kepada hidayatullah.com, Jumat, (24/02/2012) pagi.

Sumargono atau biasa dipanggil Gogon adalah aktivis yang namanya pernah populer di tahun 90-an dengan sepak terjangnya dalam gerakan dakwah.

Melalui wadah KISDI, ia membela umat Islam di berbagai belahan dunia yang mengalami penderitaan akibat hegemoni Barat. Di antaranya kasus Palestina, Kashmir, Moro, Patani, Afghanistan, Bosnia, Kosovo, Chechnya, Aljazair, Turki dan Iraq.
KISDI beberapa kali melakukan aksi massa di Jakarta yang dihadiri oleh ribuan umat Islam.

Selain kasus dunia Islam, KISDI juga sering beraksi dalam kasus-kasus nasional yang menyangkut umat Islam. Sebut saja kasus kerusuhan di Tasikmalaya, Kupang, Ambon sampai ke Poso. Pernah beraksi menggugat Harian Kompas, CSIS serta pembelaannya pada syariat Islam yang membuat ia banyak dibenci kelompok sekuler.

Jenazah pria yang lahir pada 1 Februari 1943 ini akan disemayamkan di rumah duka, di Komplek Dokter Jalan H. Baping, Ciracas, Jakarta Timur. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.*

Foto: republika
Rep: Panji Islam
Red: Cholis Akbar



Sumber: republika.co.id

18.44 | Posted in , , , | Read More »

Going to be the richest

Harga : Rp 43.000,- ( setelah diskon menjadi Rp 25.000,- )

Penerbit : Progressio

Isi : 124 halaman ( Hard Cover )

Ukuran : 15 X 17 cm

I love this spot !

” Apakah yang membuat Anda betah untuk tetap bertahan lebih dari 15 tahun hanya menjadi seorang pedagang buah dipinggir jalan ?”. Demikian pertanyaan spontan yang saya ajukan pada seorang abang yang mengaku bernama Naim.

” Saya nikmati saja tugas ini, ” jawab bang Naim sambil tersenyum enteng.

” Bagaimana cara abang bisa terus menerus menikmati pekerjaan yang itu-itu saja hingga puluhan tahun ?” desak saya pada bang Naim.

Untuk kedua kalinya saya dibuat kaget oleh jawaban lugasnya, ” Saya amat mencintai pekerjaan saya,” katanya, sambil menghisap dalam-dalam rokok kegemarannya yang tinggal setengah batang.

Cinta memang tidak hanya ampuh dalam soal hubungan asmara dua sejoli manusia. Hal itu juga sama ampuhnya jika kita terapkan dalam dunia usaha. Kalau motivasi diibaratkan seperti sebuah anak tangga, cinta merupakan anak tangga peringkat teratas setelah dorongan emulasi ( ikut-ikutan ), takut ( fear ) dan bangga ( pride ).

Oleh karena itu, begitu Anda menerjunkan diri kedalam wilayah bisnis, maka cobalah Anda berusaha menyetel motivasi Anda pada skala cinta, tangga motivasi paling atas. Alasannya, dari sinilah muncul turunan-turunan lain yang akan mengantarkan Anda menuju kesuksesan dalam berbisnis.

Sebagai contoh, Anda bisa memulai dengan sebuah semangat bahwa Anda mencintai profesi Anda, sehingga tidak berniat untuk ” berselingkuh ” dengan profesi lainnya. Anda mencintai produk Anda, sehingga senantiasa menomorsatukan produk Anda sendiri, Anda mencintai konsumen Anda, sehingga Anda melayani dengan sepenuh hati, bahkan Anda mencintai diri Anda sendiri, sehingga tidak akan mudah menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan, termasuk kesulitan karena berutang sekalipun.

Dari sinilah kita dapat melihat perbedaan pandangan antara seorang pegawai yang anti berutang dan pengusaha yang malah tidak pernah bisa lepas dari utang.

Pernah salah seorang pengusaha sukses berbagi ” ilmu ” dengan saya soal utang tadi. ” Pak Reza, kalau Anda ingin membeli kendaraan atau apa saja, jangan sekali-kali membayarnya dengan tunai. Ambillah barang itu dengan cara menyicil, ” sarannya.

” lho, buat apa nyicil kalau uang cash saya bisa membeli barang itu dengan tunai ? timpal saya.

Sesaat kemudian dia menjawab, ” kalau Anda membayarnya dengan tunai, uang tersebut menjadi komoditas konsumtif, bukan produktif. Coba kalau Anda mencicil. Maka, yang Anda bayar cukup uang muka saja, sementara sisanya bisa Anda putar menjadi komoditas produktif. Nah, itulah tanda bahwa Anda sudah belajar ” mencintai ” uang,” paparnya sambil menutup pembicaraan.

Pada zaman pemasaran modern yang serba ” venus ” ini, kata ” cinta ” memang seperti menjadi magic word. Banyak perusahaan besar yang menempatkan kata ” cinta ” sebagai tagline atau slogan produk-produknya. Tidak aneh jika berbagai grup band dan penyanyi pun bahkan ramai-ramai mengusung tema ” cinta ” dalam lagu maupun albumnya. Judul tulisan ini pun saya ambil dari tagline sebuah perusahaan yang amat dicintai pemiliknya dan hingga kini makin naik daun.

Kata ” cinta ” dapat memberi kekuatan pada seseorang untuk tetap bangkit walau dilanda kekalahan atau kegagalan demi kegagalan. Salah satu atlet olahraga terbaik kelas dunia pernah mengatakan, ” Saya telah gagal lebih dari 300 kali permainan, saya telah gagal memasukkan bola 26 kali yang seharusnya memenangkan tim saya. Saya gagal, gagal, dan gagal lagi. Namun, justru karena itulah hari ini saya berhasil”. Ya, dia adalah Michael Jordan. Tahukah Anda apa jawabannya ketika ia ditanya bagaimana bisa bertahan dan melakukan semua itu ? ia pun menjawabnya dengan kalimat terkenal, ” I LOVE THIS GAME”.

22.23 | Posted in | Read More »

Subhanallah, Bocah Ajaib Islamkan Ribuan Orang di Tanzania

Sharifuddin Khalifa boleh dibilang anak ajaib. Anak yang terlahir di Tanzania, Afrika Timur pada Desember 1993 itu berasal dari keluarga Katholik. Namun, pada usia 1,5 tahun, Khalifa sudah hafal 30 juz Al Quran dan shalat lima kali sehari.

Subhanallah, ia mampu menghafal Al Quran tanpa ada orang yang mengajarinya. Awalnya, kedua orangtua Khalifa mengira anaknya dikuasai setan. Namun, tetangganya yang Muslim memahami apa yang diucapkan anak ajaib itu. Akhirnya, kedua orangtuanya menyadari bahwa putranya adalah tanda kebesaran Sang Khalik. Kedua orangtuanya pun memeluk Islam.

Meski berbahasa ibu Swahili, Khalifa mampu berbicara dab berpidato dalam bahasa Arab, Inggris, Prancis, dan Italia tanpa belajar. Pada usia empat hingga lima tahun, ia sudah berkeliling Afrika dan Eropa untuk berceramah dan mengajar. Berkat dakwaahnya, ribuan orang memeluk Islam. Di Kenya, Afrika sebanyak 1.000 orang berduyun-duyun bersyahadat setelah mendengar ceramahnya.

Sumber: Fimadani.com


03.27 | Posted in | Read More »