|

Going to be the richest

Harga : Rp 43.000,- ( setelah diskon menjadi Rp 25.000,- )

Penerbit : Progressio

Isi : 124 halaman ( Hard Cover )

Ukuran : 15 X 17 cm

I love this spot !

” Apakah yang membuat Anda betah untuk tetap bertahan lebih dari 15 tahun hanya menjadi seorang pedagang buah dipinggir jalan ?”. Demikian pertanyaan spontan yang saya ajukan pada seorang abang yang mengaku bernama Naim.

” Saya nikmati saja tugas ini, ” jawab bang Naim sambil tersenyum enteng.

” Bagaimana cara abang bisa terus menerus menikmati pekerjaan yang itu-itu saja hingga puluhan tahun ?” desak saya pada bang Naim.

Untuk kedua kalinya saya dibuat kaget oleh jawaban lugasnya, ” Saya amat mencintai pekerjaan saya,” katanya, sambil menghisap dalam-dalam rokok kegemarannya yang tinggal setengah batang.

Cinta memang tidak hanya ampuh dalam soal hubungan asmara dua sejoli manusia. Hal itu juga sama ampuhnya jika kita terapkan dalam dunia usaha. Kalau motivasi diibaratkan seperti sebuah anak tangga, cinta merupakan anak tangga peringkat teratas setelah dorongan emulasi ( ikut-ikutan ), takut ( fear ) dan bangga ( pride ).

Oleh karena itu, begitu Anda menerjunkan diri kedalam wilayah bisnis, maka cobalah Anda berusaha menyetel motivasi Anda pada skala cinta, tangga motivasi paling atas. Alasannya, dari sinilah muncul turunan-turunan lain yang akan mengantarkan Anda menuju kesuksesan dalam berbisnis.

Sebagai contoh, Anda bisa memulai dengan sebuah semangat bahwa Anda mencintai profesi Anda, sehingga tidak berniat untuk ” berselingkuh ” dengan profesi lainnya. Anda mencintai produk Anda, sehingga senantiasa menomorsatukan produk Anda sendiri, Anda mencintai konsumen Anda, sehingga Anda melayani dengan sepenuh hati, bahkan Anda mencintai diri Anda sendiri, sehingga tidak akan mudah menyerah dalam menghadapi berbagai kesulitan, termasuk kesulitan karena berutang sekalipun.

Dari sinilah kita dapat melihat perbedaan pandangan antara seorang pegawai yang anti berutang dan pengusaha yang malah tidak pernah bisa lepas dari utang.

Pernah salah seorang pengusaha sukses berbagi ” ilmu ” dengan saya soal utang tadi. ” Pak Reza, kalau Anda ingin membeli kendaraan atau apa saja, jangan sekali-kali membayarnya dengan tunai. Ambillah barang itu dengan cara menyicil, ” sarannya.

” lho, buat apa nyicil kalau uang cash saya bisa membeli barang itu dengan tunai ? timpal saya.

Sesaat kemudian dia menjawab, ” kalau Anda membayarnya dengan tunai, uang tersebut menjadi komoditas konsumtif, bukan produktif. Coba kalau Anda mencicil. Maka, yang Anda bayar cukup uang muka saja, sementara sisanya bisa Anda putar menjadi komoditas produktif. Nah, itulah tanda bahwa Anda sudah belajar ” mencintai ” uang,” paparnya sambil menutup pembicaraan.

Pada zaman pemasaran modern yang serba ” venus ” ini, kata ” cinta ” memang seperti menjadi magic word. Banyak perusahaan besar yang menempatkan kata ” cinta ” sebagai tagline atau slogan produk-produknya. Tidak aneh jika berbagai grup band dan penyanyi pun bahkan ramai-ramai mengusung tema ” cinta ” dalam lagu maupun albumnya. Judul tulisan ini pun saya ambil dari tagline sebuah perusahaan yang amat dicintai pemiliknya dan hingga kini makin naik daun.

Kata ” cinta ” dapat memberi kekuatan pada seseorang untuk tetap bangkit walau dilanda kekalahan atau kegagalan demi kegagalan. Salah satu atlet olahraga terbaik kelas dunia pernah mengatakan, ” Saya telah gagal lebih dari 300 kali permainan, saya telah gagal memasukkan bola 26 kali yang seharusnya memenangkan tim saya. Saya gagal, gagal, dan gagal lagi. Namun, justru karena itulah hari ini saya berhasil”. Ya, dia adalah Michael Jordan. Tahukah Anda apa jawabannya ketika ia ditanya bagaimana bisa bertahan dan melakukan semua itu ? ia pun menjawabnya dengan kalimat terkenal, ” I LOVE THIS GAME”.

Posted by ikhwankopral on 22.23. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

0 komentar for "Going to be the richest"

Leave a reply